Kamis, 28 Oktober 2010

mbah marijan Tewas Saat Sujud



Teka-teki nasib juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, akhirnya diketahui. Pria bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ditemukan sudah tidak bernyawa di rumahnya di Dusun Kinahrejo, di lereng Gunung Merapi. Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi tengah sujud di kamar belakang rumahnya, Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00.
 Mbah Maridjan, termasuk satu dari 16 korban tewas akibat tersapu gelombang awan panas (dikenal dengan sebutan wedhus gembel) yang menyembur dari puncak Merapi, Selasa (26/10) sore. Sebenarnya, Mbah Maridjan bersedia dievakuasi saat itu selepas Magrib. Namun sebelum diungsikan, pria yang bergelar Raden Ngabehi Surakso Hargo itu ingin salat terlebih dulu. Namun sayang, gelombang awan panas alias wedhus gembel keburu menggulung rumah Mbah Maridjan.
 “Mbah Maridjan bersedia dievakuasi setelah magrib, tapi dia bilang, mau salat dulu. Nah waktu salat itu, awan panas turun,” ungkap Sri Sultan Hamekubuwono X.
Jasad abdi dalem keraton itu dievakuasi tim SAR ke RS Sardjito Yogyakarta masih dalam posisi sujud.
 “Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sedang sujud dengan tubuh luka bakar,” kata anggota tim SAR, Subur Mulyiono, di RS Sardjito.
Subur mengaku mengenali jenazah tersebut dari batik yang dikenakan jenazah.
 “Karena sering ketemu, saya yakin itu Mbah Maridjan, dari batik yang dikenakan,” tambah dia.
Meski demikian, pihak rumah sakit belum mau memastikan jasad lelaki bersujud itu adalah Mbah Maridjan.
“Kita masih akan melakukan tes DNA dan mencocokkan dengan DNA anaknya,” jelas juru bicara RS dr Sardjito, Heru Trisna Nugraha.
 Heru mengakui, dari fisik dan pakaian yang dikenakan korban ada kesamaan dengan Mbah Maridjan.
“Dari fisiknya ibu jari Mbah Maridjan bengkok,” tuturnya.
 Menurut dia, berdasar informasi dari petugas SAR yang mengantar, saat ditemukan Mbah Maridjan dalam kondisi memakai baju batik dan kain sarung. Jasad Mbah Maridjan. tiba kamar mayat sekitar pukul 06.30.
 Mbah Maridjan tercatat dalam daftar nama korban yang meninggal. Nama juru kunci Gunung Merapi itu berada di urutan ke 24. Pihak RS Sardjito, masih akan memastikan kebenarannya dengan melakukan tes DNA.
 “Namanya tercatat karena dia termasuk orang yang tidak ada di pengungsian. Sehingga kita belum bias mengetahui,” kata Rizal, anggota tim dokter forensik RS Sardjito.
 Menurut dia, berdasar informasi dari petugas SAR yang mengantar, saat ditemukan Mbah Maridjan dalam kondisi memakai baju batik dan kain sarung. Jasad Mbah Maridjan tiba kamar mayat sekitar pukul 06.30.
 Tunggu Forensik Gusti Kanjeng Ratu Hemas pun memita semua pihak menunggu hasil uji forensik untuk memastikan jenazah yang diduga Mbah Maridjan benar-benar jasad juru kunci Gunung Merapi tersebut.
“Saya memastikan. Tunggu saja uji forensik,” kata permaisuri Sultan Hamengkubuwono X saat mengunjungi Instalasi Kedokteran Forensik RSU Dr Sardjito.
 Anggota DPD RI itu menyampaikan rasa belasungkawa kepada semua korban, kerabat yang ditinggalkan. Dia mengimbau warga yang mengungsi tetap tenang, dan tidak terlalu memikirkan bagaimana hidup di pengungsian.
 “Warga jangan khawatir, tetap tenang, dan sabar,” ujarnya.
Derasnya informasi yang memberitakan Mbah Maridjan sudah meninggal, membuat syok keluarga termasuk isterinya. Saat ini anak dan isteri Mbah Maridjan belum melihat langsung mayat yang diduga juru kunci Merapi tersebut di RS Sardjito.
 “Anak dan isterinya syok, termasuk saya,” tutur Bambang, menantu Mbah Maridjan,  Tidak hanya keluarga yang syok. Warga pun bersedih kabar meninggalnya Mbah Maridjan.
“Meskipun demikian keluarga dan masyarakat sudah ikhlas bila benar itu Mbah Maridjan,” ucap Bambang.
 Sebelumnya, kabar mengenai Mbah Maridjan simpang siur. Sempat diberitakan, juru kunci Merapi itu ditemukan selamat dalam kondisi lemas. Saat terjadi sapuan awan panas itu, Mbah Maridjan sedang shalat di masjid yang berjarak 100 meter dari rumahnya. Namun, dia menolak dievakuasi dan tetap ingin berada di masjid.
 Jumlah korban tewas di sekitar kediaman Mbah Maridjan akibat letusan gunung teraktif di Indonesia hingga Rabu tercatat 16 orang. Sementara berdasar Badan Nasional Penanggulangan Bencana hingga Rabu pukul 16.00, korban tewas akibat letusan Gunung Merapi berjumlah 29 orang, korban hilang dua 2 orang, luka berat 34 orang dan luka ringan 4 orang.
 Sementara jumlah pengungsi mencapai sebanyak 41.649 jiwa tersebar di Kabupaten Sleman 19.050 jiwa, Magelang 10.610 jiwa, Boyolali 3.621 jiwa dan Klaten 8.368 jiwa.

Tidak ada komentar: